
Presiden Vladimir Putin mengatakan vaksin yang dibuat di Rusia “seandal senapan serbu Kalashnikov”.
Hal tersebut ia sampaikan dalam videoconference dengan Wakil Perdana Menteri Tatyana Golikova pada Kamis (06/05).
Komentar tersebut dibuat oleh Putin ketika otoritas kesehatan negara itu mendaftarkan versi dosis tunggal dari vaksin Sputnik V, yang disebut Sputnik Light. Ekonomi Rusia
Perbandingan Putin mengacu pada senjata AK-47 era Soviet yang masih populer dan banyak digunakan hingga saat ini.
Read More: Apple Fined Rp.173 Billion Due to Monopoly
Dia mengutip komentar yang awalnya dibuat oleh seorang dokter Austria awal tahun ini tentang keefektifan vaksin.
Vaksin Covid-19 buatan Rusia, Sputnik V, sempat diragukan, namun kini disetujui di 15 negara
Rusia telah mulai memvaksinasi Covid-19 untuk warganya, meskipun pengujian massal masih berlangsung
Negara yang memprakarsai vaksinasi Covid-19
Vaksin Sputnik V bekerja serupa dengan vaksin yang dikembangkan oleh Oxford / AstraZeneca dan Janssen / Johnson & Johnson. Vaksin tersebut menggunakan virus flu biasa, yang dirancang agar tidak berbahaya, sebagai vektor untuk melepaskan potongan-potongan kecil virus corona ke dalam tubuh. Berita politik dan ekonomi Rusia
Kritikus pemerintah Putin skeptis ketika vaksin dengan cepat mendapatkan persetujuan peraturan di Moskow tahun lalu, bahkan ketika tes akhir menemukan bahwa vaksin tersebut menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap Covid-19.
Vaksin versi dua dosis telah mendapat persetujuan di banyak negara lain di seluruh dunia.
Indonesia telah memesan 20 juta dosis vaksin Sputnik V untuk Program Vaksinasi Gotong Royong. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila G Vorobyova dalam jumpa pers pada Rabu (05/05) mengatakan bahwa Sputnik V Rusia sedang dalam proses pendaftaran ke BPOM. Politik Rusia
Reuters Putin mengatakan vaksin yang dibuat di Rusia termasuk yang paling aman dan paling andal.
Sputnik Light, versi dosis tunggal yang memungkinkan pasien menerima hanya satu suntikan, secara resmi disetujui di Rusia pada hari Kamis.
Dalam siaran pers, produsen mengatakan bahwa dosis tunggal menunjukkan efektivitas 79,4 persen pada jadwal vaksinasi negara.
“Sistem dosis tunggal memungkinkan lebih banyak orang untuk diimunisasi dalam waktu yang lebih singkat, terus melawan pandemi selama fase akut,” kata pernyataan itu.
Otorisasi ini dilakukan di tengah perdebatan internasional tentang perlunya menangguhkan paten teknologi vaksin untuk meningkatkan produksi. Politik Indonesia