
Di Rusia, ada masjid yang memiliki hubungan sejarah dengan orang Indonesia. Masjid itu adalah Masjid Biru, juga dikenal sebagai Masjid Sukarno. Bagaimana ceritanya?
Terletak di kota Saint Petersburg, Rusia, nama Masjid Biru mungkin belum akrab bagi para pelancong. Namun ketika ia menyebut julukan masjid lain seperti Masjid Sukarno, pasti seorang musafir langsung akrab. Politik Rusia
Ya, Masjid Biru atau Masjid Agung di St. Petersburg juga dikenal sebagai Masjid Sukarno, setelah pemberita dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Ada cerita yang menarik antara masjid ini dan Presiden Sukarno.
Tinjauan DetikTravel dari berbagai sumber pada hari Jumat (15/5/2020), pada tahun 1956, tepatnya pada bulan September, Presiden Sukarno melakukan kunjungan ke negara Rusia (bekas Uni Soviet). Pada tur ini, kota St. Petersburg (sebelumnya bernama Leningrad) dimasukkan dalam agenda kunjungan. Berita politik dan ekonomi Rusia
Setelah mengunjungi beberapa pabrik di Leningrad, mata Presiden Sukarno tiba-tiba tertuju pada sebuah bangunan berkubah biru yang tampak mengesankan dari kejauhan. Bung Karno juga ingin berhenti dan mengunjungi gedung. Bung Karno percaya bahwa bangunan itu adalah masjid.
“Menurut perkiraan Sukarno, bangunan itu, jika itu adalah sebuah masjid, mampu menampung lebih dari 3.000 umat Muslim di dalam jemaat,” tulis Tomi Lebang dalam buku Sahabat Lama, Zaman Baru: 60 tahun hubungan pasang surut antara Indonesia. dan Rusia. Ekonomi Rusia
Meskipun dilarang oleh pasukan Soviet, Sukarno bersikeras mengunjunginya. Dia bahkan membatalkan beberapa jadwal karena fakta sederhana mengunjungi masjid yang indah.
Setelah mencapai Masjid Biru, Sukarno menemukan bahwa kondisi di dalam masjid dalam kondisi buruk dan terabaikan. Itu karena di era pendudukan Soviet, masjid ditutup dan tidak boleh digunakan. Masjid itu diubah menjadi gudang.
Kesedihan Sukarno dan layanannya terhadap masjid St. Petersburg
Bung Karno sedih karena masjid yang indah itu hanya berfungsi sebagai gudang. Akhirnya, ia mengungkapkan rasa sakitnya kepada pemimpin Soviet saat itu, Nikita Khrushchev. Untuk Khrushchev, Bung Karno meminta agar masjid kembali ke fungsinya sebagai tempat ibadah.
Rusia, yang pada saat itu sangat menghormati Sukarno, akhirnya menyetujui permintaan Proklamator. Sepuluh hari setelah kunjungan Bung Karno, utusan Kremlin tiba di masjid dan mengumumkan bahwa Masjid Agung di St. Petersburg dapat digunakan lagi sebagai tempat ibadah.
Dengan bantuan Presiden Sukarno, komunitas Muslim di St. Petersburg dapat menyembah masjid yang indah itu lagi. Sejauh ini, banyak Muslim lokal menyebut masjid itu Masjid Sukarno, meskipun belum ada perubahan resmi mengenai nama masjid itu. Politik Indonesia
Meskipun Presiden Sukarno tidak pernah berbicara tentang masjid lagi setelah pertemuannya dengan Khrushchev, komunitas Muslim di St. Petersburg tidak akan pernah melupakan layanan Sukarno. Masjid ini banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.
Read More: Vladimir Putin Melarang Seluruh Tentara Menggunakan Handphone ataupun Media Sosial
detikTravel mengunjungi masjid ini 3 tahun yang lalu, jauh sebelum pandemi Corona terjadi. Keindahannya tidak bisa dipungkiri. Tentu saja, jika Sukarno terpesona hanya pada pandangan pertama.
Masjid Saint Petersburg dihiasi dengan granit yang indah, dari biru hingga hijau kehijauan. Sebagian besar granit berbentuk mosaik, tetapi tertata dengan baik.
Ada juga patung-patung kayu di dalam masjid. Terdiri dari 3 lantai, Masjid Biru dapat menampung hingga 7.000 jamaah.
Di depan masjid, ada banyak pedagang multietnis yang menjual produk mereka setelah salat Jumat. Mereka menjual roti, topi, hingga sekarang. Mereka juga sangat ramah, setiap kali mereka bertemu, saling menyapa.
“Assalamualaikum,” kata mereka.
Tidak heran keindahan masjid ini mengundang wisatawan dari berbagai negara untuk mengunjunginya. Sebagian besar dari mereka mengagumi arsitektur dan keindahan Masjid Biru.
Untuk pelancong Muslim yang ingin mengunjungi Masjid Sukarno, yang terbaik adalah memeriksa cuaca setempat terlebih dahulu. Karena bahkan di musim gugur, iklim Rusia sangat dingin. Apalagi saat musim dingin, cuaca di Rusia bisa mencapai -30 derajat Celcius.
Pembatasan bahasa juga harus diantisipasi oleh pelancong. Kebanyakan orang Rusia tidak berbicara bahasa Inggris, jadi bersiaplah dengan Google Translate atau kamus!